Sunday, 1 March 2015

Opi Mall

Mall Opi adalah pusat perbelanjaan yang terletak di Palembang Merupakan Family mall pertama yang ada di Sebrang Ulu, OPI Mall sebuah Pusat Perbelanjaan Modern yang terintegrasi dalam kawasan OPI Business Center (OBC) seluas 25 hektar; terdiri dari Mall, Hotel, Apartment, Shop House, Town House, Water Fun, Futsal dan Convention Center. Beralamat di Jalan Gubernur HA Bastari, Kelurahan 15 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu I, Kota Palembang, Sumatera Selatan 30257. Terletak di muka utama lingkungan perumahan OPI Regency dengan total lahan mencapai 200 hektar. Tujuan masyarakat untuk berbelanja dan rekreasi yang berada di area Hulu kota Palembang, menjangkau target market di wilayah Seberang Ulu, khususnya wilayah kecamatan Kertapati, Plaju, Seberang Ulu I, dan Seberang Ulu II yang mencapai 486.700 jiwa (data BPS 2012). Area parkir mobil tersedia pada setiap lantai dengan total lot parkir mencapai seribu unit. Sebuah pusat perbelanjaan dan area permainan yang nyaman untuk keluarga dimana icon mall, yaitu OPI Ice Rink sebagai lokasi permainan Ice Skating pertama dan satu-satunya di kota Palembang. OPI Mall is your family entertainment center.

Wednesday, 17 September 2014

Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan besar yang ada di nusantara. Kerajaan yang dikeal dengan kekuatan maritimnya tersebut berhasil menguasi pulau Sumatra, Jawa, Pesisir Kalimantan, Kamboja, Thailand Selatan, dan Semenanjung Malaya yang kemudian menjadikan Kerajaan Sriwijaya sebagai kerajaan yang berhasil menguasai perdagangan di Asia-tenggara pada masa itu.

Kata 'Sriwijaya' berasal dari dua suku kata yaitu 'Sri' yang berarti bercahaya atau gemilang dan 'Wijaya' yang berarti kemenangan. Jadi Sriwijaya berarti kemenangan yang gemilang. Sriwijaya juga disebut dengan berbagai macam nama. Orang Tionghoa menyebut Shih-li-fo-shih atau San-fo-ts’i atau San Fo Qi. Dalam bahasa Sansekerta dan Pali kerajaan Sriwijaya disebut Yavadesh dan Javadeh. Bangsa Arab menyebut Zabaj atau Sribuza dan Khmer menyebut Malayu. Sementara dari peta Ptolemaeus ditemukan keterangan tentang ada 3 pulau Sabadeibei yang berkaitan dengan Sriwijaya.

Berdirinya Kerajaan Sriwijaya

Tidak banyak bukti sejarah yang menerangkan kapan berdirinya Kerajaan Sriwijaya. Bukti tertua datangnya dari berita Cina yaitu pada tahun 682 M terdapat seorang pendeta Tiongkok bernama I-Tsing yang ingin belajar agama Budha di India, singgah terlebih dahulu di Sriwijaya untuk mendalami bahasa Sanskerta selama 6 Bulan. Tercatat juga Kerajaan Sriwijaya pada saat itu dipimpin oleh Dapunta Hyang.

Selain berita dari luar, terdapat juga beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya, diantaranya adalah prasasti Kedukan Bukit (605S/683M) di Palembang. Isi dari prasasti terseubt adalah Dapunta Hyang mengadakan ekspansi 8 hari dengan membawa 20.000 tentara, kemudian berhasil menaklukkan dan menguasai beberapa daerah. Dengan kemenangan itu Sriwijaya menjadi makmur. Dari kedua bukti tertua di atas bisa disimpulkan Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke-7 dengan raja pertamanya adalah Dapunta Hyang.

Kejayaan Kerajaan Sriwijaya

Masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya berada pada abad 9-10 Masehi dimana Kerajaan Sriwijaya menguasai jalur perdagangan maritim di Asia Tenggara. Sriwijaya telah melakukan kolonisasi di hampir seluruh kerajaan-kerajaan Asia Tenggara, antara lain: Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Filipina. Dominasi atas Selat Malaka dan Selat Sunda, menjadikan Sriwijaya sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan perdagangan lokal yang mengenakan bea dan cukai atas setiap kapal yang lewat. Sriwijaya mengumpulkan kekayaannya dari jasa pelabuhan dan gudang perdagangan yang melayani pasar Tiongkok, dan India.

Keruntuhan Sriwijaya

Kemunduran yang berakhirnya Kerajaan Sriwijaya dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
  1. Pada tahun 1017 dan 1025, Rajendra Chola I, soerang dari dinasti Cholda di Koromande, India Selatan. Dari dua serangan tersebut membuat luluh lantah armada perang Sriwijaya dan membuat perdagangan di wilayah Asia-tenggara jatuh pada Raja Chola. Namun Kerajaan Sriwijaya masih berdiri.
  2. Melemahnya kekuatan militer Sriwijaya, membuat beberapa daerah taklukannya melepaskan diri sampai muncul Dharmasraya dan Pagaruyung sebagai kekuatan baru yang kemudian menguasai kembali wilayah jajahan Sriwijaya mulai dari kawasan Semenanjung Malaya, Sumatera, sampai Jawa bagian barat.
  3. Melemahnya Sriwijaya juga diakibatkan oleh faktor ekonomi. Para pedagang yang melakukan aktivitas perdagangan di Kerajaan Sriwijaya semakin berkurang karena daerha-daerah strategis yang dulu merupakan daerah taklukan Sriwijaya jatuh ke tangan raja-raja sekitarnya.
  4. Munculnya kerajaan-kerajaan yang kuat seperti Dharmasraya yang sampai menguasai Sriwijaya seutuhnya serta Kerajaan Singhasari yang tercatat melakukan sebuah ekspedisi yang bernama ekspedisi Pamalayu.
Kerajaan Sriwijaya pun akhirnya runtuh di tangan Kerajaan Majapahit pada abad ke-13.

Sejarah Kerajaan Sriwijaya | www.zonasiswa.com
Salah Satu Penginggalan Kerajaan Sriwijaya

Sumber-sumber Sejarah Kerajaan Sriwijaya

Ada dua jenis sumber sejarah yang menggambarkan keberadaan Kerajaan Sriwijaya, yaitu Sumber berita asing dan prasasti.

Sumber Berita Asing
  1. Berita dari Cina
    Dalam perjalanannya untuk menimba ilmu agama Buddha di India, I-Tsing pendeta dari Cina, singgah di Shi-li-fo-shih (Sriwijaya) selama enam bulan dan mempelajari paramasastra atau tata bahasa Sanskerta. Kemudian, bersama guru Buddhis, Sakyakirti, ia menyalin kitab Hastadandasastra ke dalam bahasa Cina. Kesimpulan I-Tsing mengenai Sriwijaya adalah negara ini telah maju dalam bidang agama Buddha.
  2. Berita Arab
    menyebutkan adanya negara Zabag (Sriwijaya). Ibu Hordadheh mengatakan bahwa Raja Zabag banyak menghasilkan emas. Setiap tahunnya emas yang dihasilkan seberat 206 kg. Berita lain disebutkan oleh Alberuni. Ia mengatakan bahwa Zabag lebih dekat dengan Cina daripada India. Negara ini terletak di daerah yang disebut Swarnadwipa (Pulau Emas) karena banyak menghasilkan emas.

Sumber Prasasti
Selain dari sumber berita asing, keberadaan Kerajaan Sriwijaya juga tercatat pada prasasti-prasasti yang pernah ditinggalkan, diantaranya:
  1. Prasasti Kedukan Bukit (605S/683M) di Palembang. Isinya: Dapunta Hyang mengadakan ekspansi 8 hari dengan membawa 20.000 tentara, kemudian berhasil menaklukkan dan menguasai beberapa daerah. Dengan kemenangan itu Sriwijaya menjadi makmur.
  2. Prasasti Talang Tuo (606 S/684M) di sebelah barat Palembang. Isinya tentang pembuatan sebuah Taman Sriksetra oleh Dapunta Hyang Sri Jayanaga untuk kemakmuran semua makhluk.
  3. Prasasti Kota Kapur (608 S/686 M) di Bangka.
  4. Prasasti Karang Birahi (608 S/686 M) di Jambi. Keduanya berisi permohonan kepada Dewa untuk keselamatan rakyat dan kerajaan Sriwijaya.
  5. Prasasti Talang Batu (tidak berangka tahun) di Palembang. Isinya kutukan-kutukan terhadap mereka yang melakukan kejahatan dan melanggar perintah raja.
  6. Prasasti Palas di Pasemah, Lampung Selatan. Isinya Lampung Selatan telah diduduki oleh Sriwijaya.
  7. Prasasti Ligor (679 S/775 M) di tanah genting Kra. Isinya Sriwijaya diperintah oleh Darmaseta.

Raja-raja Sriwijaya

Dari abad ke-7 sampai ke-13 Masehi, Kerajaan Sriwijaya pernah di pimpin oleh raja-raja di bawah ini, yaitu:
  1. Dapunta Hyang Sri Jayanasa
  2. Sri IndravarmanChe-li-to-le-pa-mo
  3. Rudra VikramanLieou-t’eng-wei-kong
  4. Maharaja WisnuDharmmatunggadewa     
  5. Dharanindra Sanggramadhananjaya
  6. Samaragrawira
  7. Samaratungga
  8. Balaputradewa
  9. Sri UdayadityavarmanSe-li-hou-ta-hia-li-tan
  10. Hie-tche (Haji)
  11. Sri CudamanivarmadevaSe-li-chu-la-wu-ni-fu-ma-tian-hwa
  12. Sri MaravijayottunggaSe-li-ma-la-pi
  13. Sumatrabhumi
  14. Sangramavijayottungga
  15. Rajendra Dewa KulottunggaTi-hua-ka-lo
  16. Rajendra II
  17. Rajendra III
  18. Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa
  19. Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa
  20. Srimat Sri Udayadityawarma Pratapaparakrama Rajendra Maulimali Warmadewa

Kehidupan Sosial-Ekonomi dan Kebudayaan

Letak Sriwijaya sangat strategis di jalur perdagangan antara India-Cina. Di samping itu juga berhasil menguasai Selat Malaka yang merupakan urat nadi perdagangan di Asia Tenggara, menjadikan Sriwijaya berhasil menguasai perdagangan nasional dan internasional. Penguasaan Sriwijaya atas Selat Malaka mempunyai arti penting terhadap perkembangan Sriwijaya sebagai negara maritim, sebab banyak kapal-kapal asing yang singgah untuk menambah air minum, perbekalan makanan dan melakukan aktivitas perdagangan.

Dalam bidang kebudayaan khususnya keagamaan, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat agama Buddha yang penting di Asia Tenggara dan Asia Timur. Agama Buddha yang berkembang di Sriwijaya ialah Agama Buddha Mahayana, salah satu tokohnya ialah Dharmakirti. Para peziarah agama Buddha dalam pelayaran ke India ada yang singgah dan tinggal di Sriwijaya. Di antaranya ialah I'tsing.

Rumah Adat Palembang

Rumah Adat Limas


Merupakan Rumah panggung kayu. Bari dalam bahasa Palembang berarti lama atau kuno. Dari segi arsitektur, rumah-rumah kayu itu disebut rumah limas karena bentuk atapnya yang berupa limasan. Sumatera Selatan adalah salah satu daerah yang memiliki ciri khas rumah limas sebagai rumah tinggal. Alam Sumatera Selatan yang lekat dengan perairan tawar, baik itu rawa maupun sungai, membuat masyarakatnya membangun rumah panggung. Di tepian Sungai Musi masih ada rumah limas yang pintu masuknya menghadap ke sungai.

Rumah panggung secara fungsional memenuhi syarat mengatasi kondisi rawa dan sungai seperti di Palembang, yang sempat dijuluki Venesia dari Timur karena ratusan anak sungai yang mengelilingi wilayah daratannya. Batanghari sembilan adalah sebutan untuk Sungai-sungai yang bermuara ke Sungai Musi. Sungai Ogan, Sungai Komering, Sungai Lematang, Sungai Enim, Sungai Hitam, Sungai Rambang, Sungai Lubay.Namun, seiring berjalannya waktu, lingkungan perairan sungai dan rawa justru semakin menyempit. Rumah- rumah limas yang tadinya berdiri bebas di tengah rawa atau di atas sungai akhirnya dikepung perkampungan.

Ada dua jenis rumah limas di Sumatera Selatan, yaitu rumah limas yang dibangun dengan ketinggian lantai yang berbeda dan yang sejajar. Rumah limas yang lantainya sejajar ini kerap disebut rumah ulu.

Bangunan rumah limas biasanya memanjang ke belakang. Ada bangunan yang ukuran lebarnya 20 meter dengan panjang mencapai 100 meter. Rumah limas yang besar melambangkan status sosial pemilik rumah. Biasanya pemiliknya adalah keturunan keluarga Kesultanan Palembang, pejabat pemerintahan Hindia Belanda, atau saudagar kaya.

Bangunan rumah limas memakai bahan kayu unglen atau merbau yang tahan air. Dindingnya terbuat dari papan-papan kayu yang disusun tegak. Untuk naik ke rumah limas dibuatlah dua undak-undakan kayu dari sebelah kiri dan kanan.

Bagian teras rumah biasanya dikelilingi pagar kayu berjeruji yang disebut tenggalung. Makna filosofis di balik pagar kayu itu adalah untuk menahan supaya anak perempuan tidak keluar dari rumah. Memasuki bagian dalam rumah, pintu masuk ke rumah limas adalah bagian yang unik. Pintu kayu tersebut jika dibuka lebar akan menempel ke langit-langit teras. Untuk menopangnya, digunakan kunci dan pegas. Bagian dalam ruangan tamu, yang disebut kekijing, berupa pelataran yang luas. Ruangan ini menjadi pusat kegiatan berkumpul jika ada perhelatan. Ruang tamu sekaligus menjadi "ruang pamer" untuk menunjukkan kemakmuran pemilik rumah. Bagian dinding ruangan dihiasi dengan ukiran bermotif flora yang dicat dengan warna keemasan. Tak jarang, pemilik menggunakan timah dan emas di bagian ukiran dan lampu- lampu gantung antik sebagai aksesori.

Bagi pemilik rumah yang masih memerhatikan perbedaan kasta dalam keturunan adat Palembang, mereka akan membuat lantai rumahnya bertingkat-tingkat untuk menyesuaikan kasta tersebut. Salah satu rumah limas yang menghormati perbedaan adat itu adalah rumah limas milik keluarga almarhum Bayumi Wahab. Lantai rumah itu dibuat menjadi tiga tingkat sesuai dengan urutan keturunan masyarakat Palembang, yaitu raden, masagus, dan kiagus. Rumah yang berada di Jalan Mayor Ruslan ini awalnya berdiri di daerah Tanjung Sejaro, Ogan Komering Ilir. Rumah ini dipindahkan ke Palembang tahun 1962, tetapi rumah tersebut tidak lagi dipakai sebagai hunian sehari-hari.

Begitulah, rumah limas yang tidak sekadar indah, tetapi juga mempunyai banyak filosofi di dalamnya, pelan-pelan tertinggal oleh kemajuan zaman

Pakaian Adat Palembang

PAKAIAN ADAT PALEMBANG



Pakaian Pengantin Adat Palembang

Pakaian Adat Palembang sangat erat berkaitan dengan kejayaan kerajaan Sriwijaya dan Kesultanan Palembang Darussalam pada zaman dahulu. Secara garis besar Pakaian adat daerah-daerah di Nusantara di pengaruhi oleh pakaian yang dikenakan oleh Raja di Nusantara pada Zaman dahulu, dan begitu juga dengan pakaian adat palembang yang mengadopsi dari Pakaian yang di kenakan oleh Raja dari Kerajaan Sriwijaya pada zaman dahulu

pama pakaian adat palembang lebih dikenal oleh masyarakat palembang dengan sebutan "baju gede" atau "baju penganggon". Baju adat Palembang didominasi oleh warna merah dengan benang emas, warna merah ke-emasan ini berasal dari tenunan kain songket berunsur gemerlap dan keemasan sesuai dengan citra kerajaan Sriwijaya pada zaman dahulu, yang dikenal masyarakat dunia sebagai swarnadwipa atau Pulau emas.

Pakaian Pengantin Palembang seperti yang telah saya uraikan di atas juga merupakan pakaian yang mengadopsi dari Pakaian Adat. tapi dalam perkembangan nya di Masyarakat Palembang busana pengantin palembang ini mengalami banyak perubahan atau modifikasi, yang pada awal nya pakaian pengantin palembang berwarna merah dan emas, kini... pakaian pengantin palembang memiliki banyak variasi warna,


Pakaian Adat Palembang - Songket

Sejarah palembang mencatat terdapat beberapa masa kejayaan , mulai dari kejayaan kerajaan sriwijaya
sampai dengan kesultanan Palembang Darussalam.
Hal ini berpengaruh kepada pakaian adat, songket memiliki unsur gemerlap dan kilauan emas
yang memancar dari kain tenun ini. Rangkaian benang tersusun dan teranyam lewat pola simetris .
Songket di kenakan.
Songket tradisional dibuat dengan keterampilan masyarakat yang memahami cara untuk membuat kain bermutu.serta diserasikan dengan design. Dan Kemampuan ini diwariskan secara turun menurun Sewet Songket atau kain Songket adalah kain yang biasanya dipakai atau dikenakan sebagai pembalut bagian bawah pakaian wanita. Biasanya sewet ini berteman dengan kemban atau selendang.

Kain tenun songket Palembang ini, sangat menarik, ditelusuri sejarahnya, maknanya, dan teknik pembuatannya. Kalau kita menilik warnanya yang khas, dan motif hiasnya yang indah, pastilah kita berkesimpulan bahwa songket ini dibuat dengan keterampilan, ketelatenan, kesabaran,dan daya kreasi yang tinggi.

Berikut Tampilan Dari Pakaian adat Palembang – SONGKET

Alat Musik Adat Palembang




Rebana (terbangan)

Ilustrasi Rebana (Terbangan)
Rebana (terbangan) merupakan alat musik alat musik terdiri empat rebana Hadrah dan satu buah Jidur (Bedug kecil), biasanya berwarna merah, hitam, dan emas, warna yang khas Sumatera Selatan. Terbangan, kadang-kadang bersama dengan serunai (oboe seperti buluh ganda atau serdam) dan biola.

 Serdam


Ilustrasi Serdam Jambi

Bentuk fisik Serdam menyerupai suling Jawa, suling Bali atau suling Sunda. Suling Sunda atau Bali terdiri dari enam lobang nada, sedangkan Serdam hanya empat, yaitu tiga lobang terdapat pada bagian permukaan depan (atas) dan satu lagi pada bagian belakang (bawah).

Kulintang (Kolintang)

Kulintang (Kolintang)

Kulintang atau kolintang ada di masyarakat Komering, merupakan alat musik yang terdiri dari barisan gong kecil yang diletakkan mendatar.

Kenong (Kenung Basemah)

Kenong (Kenung Basemah)

Alat musik gamelan khas suku Besemah di Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan.

Lagu Adat Palembang

Lagu Daerah Sumatera Selatan

1. Dek Sangke

Dek sangke aku dek sangke
Awak tunak ngaku juare
Alamat badan kan sare
Akhirnya masuk penjare
Dek sangke aku dek sangke
Cempedak babuah nangke
Dek sangke aku dek sangke
Cempedak babuah nangke
Dek sangke aku dek sangke
Ujiku bujang tak batanye tua bangke
Anaknye lah gadis gale
Dek sangke gadis tegile
Dek sangke aku dek sangke
Cempedak babuah nangke
Dek sangke aku dek sangke
Cempedak babuah nangke
Dek sangke aku dek sangke
Ujiku gadis tak batanye jande mude
Anaknye lah ade tige
Dak sangke bujang tegile
Dek sangke aku dek sangke
Cempedak babuah nangke
Dek sangke aku dek sangke
Cempedak babuah nangke

2. Cuk Mak Ilang

Kapal api masok pelembang
Banyu tenang jadi gelumbang
Oi makmano ati dak bimbang
Gades doson bujang pelembang
Cop mak ilang
Mak ilang jaga batu
Dimano koceng belang
Disitu rumah aku
Alangkah lemak rumah di lebak
Siput dan gondang memanjat cagak
Alangkah lemak rumah nan parak
Bukak jendelo lah saling agam
Cop mak ilang
Mak ilang jaga batu
Dimano koceng belang
Disitu rumah aku
Sempayo digulai lemak
Batang padi dibelah duo
Jangan takot dimarah umak
Asak jadi kito beduo
Cop mak ilang
Mak ilang jaga batu
Dimano koceng belang
Disitu rumah aku
Anak ikan dimakan ikan
Ikan dilaut beduri duri
Sanaklah bukan sodaro bukan
Sangkot paotnyo kareno budi
Cop mak ilang
Mak ilang jaga batu
Dimano koceng belang
Disitu rumah aku

3. Kabile-Bile

Kabile-bile mangke ku lege
Kabile-bile ku ade kance
Kabile-bile mangke ku lege
Kabile-bile ku ade kance
Kabile nian jagunglah putih
Putih dik putih kukendam kina
Kebile nian ibung kah nulih
Nulih dik nulih kudendam kina
Kabile nian mampat begune
Mangke dik payah ku nandan lagi
Kebile nian sifat begune
Mangke dik payah ku midang lagi
Oh, malang nian nasib ‘mbak ini
Bilangan jeme lah laut gale
Alahkah sedih ai tumbak ini
Aku ‘mbak ini dide bekance

4. Tari Tanggai

Sesuai dengan judulnya, lagu ini sering dinyanyikan untuk mengiringi tarian adat yaitu tari tanggai dari Palembang.
dan inilah liriknya:
Lemah Lembut,Lemah Lembut
Tangan Gemulai,Gemulai
Jari – Jari Yang Menari Halus Semampai
Lemah Lembut,Lemah Lembut
Tangan Gemulai,Gemulai
Jari – Jari Yang Menari Halus Semampai
Anak Dara Yang Manis
Bidadari Rupawan Sedang Asyik Manari Tari Tanggai
Anak Dara Yang Manis
Bidadari Rupawan Sedang Asyik Manari Tari Tanggai

Pasar Induk Palembang

Peta Pasar Induk Jakabaring Palembang 
Pasar Induk Jakabaring di Palembang merupakan Pasar Induk (sayur dan buah) kedua yang kami kembangkan setelah Pasar induk Tanah Tinggi Tangerang. Aktivitas perdagangan harian dipersiapkan sampai 800 ton.
Dengan pertimbangan  keunggulan kota Palembang  sebagai “kota air“ yang memanfaatkan lalu lintas air sebagai alat transportasi antar kota/daerah terpencil di sekitar Palembang, maka demi efisiennya operasional, Pasar Induk ditempatkan di tepi sungai agar efisien dan hubungan perdagangan antar kota/ daerah terpencil di Palembang lebih mudah. Pasar Induk Jakabaring merupakan pusat perekonomian rakyat yang dikembangkan dengan Sinergi lintas sektoral, dimana kami membangun Pasar Induk, Pemerintah Daerah membangun terminal, Pasar Ikan dibangun oleh Departemen Kelautan dan Cold-Storage untuk Pasar Ikan dibangun oleh Departemen Perdagangan, sedangkan Dermaga dibangun oleh Departemen Perhubungan.
Lapangan Kerja yang Terkait
  1. Di Pasar
    • Terdapat 4.000 orang yang beraktivitas di pasar (pedagang, sopir, buruh, keamanan, kebersihan, dll).
    • Asal pasokan: 80% Pagaralam - Padang - Lampung, 20% Jawa - Medan
  2. Di Daerah Produsen
    • Dengan kapasitas perdagangan 800 ton/ hari akan mempengaruhi pendapatan daerah produsen seluas 20.000 ha (lapangan kerja untuk ± 100.000 kel didaerah pertanian) 
    • Mensuplai kota Palembang dan sekitarnya serta pulau-pulau kecil di sekitar Sumatera Selatan.
Aktivitas Pasar Induk Jakabaring PalembangAktivitas Pasar Induk Jakabaring PalembangAktivitas Pasar Induk Jakabaring Palembang